Pengalaman Pertama Mendarat di Wakatobi

Posted in: Cerita, Project #SatuBukuSatuSaudara
Tags: , , , , ,

wakatobi_ok
Dalam rangka penyerahan donasi #SatuBukuSatuSaudara tahap kedua setelah Lombok, saya, @vera_makki, @nicowijaya dan mas Vandy terbang ke Wangi-wangi, Wakatobi, Sulawesi Tenggara untuk mengunjungi #TamanBacaanAnakLebah Wakatobi.

Kami akan bertemu dengan bang Tonang Pammajere, Pembina TBAL di desa Mola Selatan, yang berlokasi di pinggir pantai tempat suku asli Bajo bermukim. Kami berangkat dari rumah pukul 3 pagi untuk mengejar pesawat ke Makassar pukul 5, dilanjutkan penerbangan menuju Wangi-wangi pukul 10 pagi, transit di pulau Bau-bau. Lengkap sudah dalam setengah hari, kami melalui 3x take off dan 3x landing. But we’re excited!

Pukul 11.30 pagi akhirnya kami sampai di bandara Matahora, Wakatobi. Siang harinya kami langsung mengunjungi TBAL asuhan bang Tonang untuk membagikan donasi buku cerita anak-anak. Sebagian besar merupakan hasil donasi dari TK dan SD Binus International School Serpong, sebagian lagi hasil donasi individu dari teman-teman Akademi Berbagi (Akber) Semarang dan Jalan Sesama. Anak-anak antusias sekali saat menerima buku-buku cerita tersebut.

Menurut cerita bang Tonang, minat baca anak-anak di desa Mola Selatan ini rendah sekali, karena memang tidak ada buku bacaan anak-anak. Kegiatan sehari-hari mereka selain bersekolah adalah bermain di laut, karena sebagian besar orangtua mereka bermatapencaharian sebagai nelayan. Dimulai dari kepeduliannya pada anak-anak tersebut, maka bang Tonang pun berinisiatif untuk membuat sebuah taman bacaan, didukung TBAL.

Dengan memaksimalkan segala apa yang bisa dilakukan di tengah keterbatasannya, bang Tonang pun mengumpulkan kayu-kayu dan bambu, lalu dibuatlah sebuah bale-bale dan rak buku. Taman Bacaan sederhana pun kemudian berdiri tegak di depan rumahnya. Seluruh buku cerita anak-anak, mainan, alat penunjang dan alat tulis dikirim dari pusat TBAL Jakarta sejak tahun lalu. Anak-anak bebas berkunjung.

Acara pembagian buku dihadiri oleh 150 anak-anak, para tutor, relawan, dan orang tua. Peresmian TBAL Wakatobi dihadiri oleh Ketua KEKAR (organisasi masyarakat setempat). Sorenya, kami bermain bersama anak-anak tersebut sambil membacakan buku-buku cerita yang baru saja mereka dapatkan. Menurut bang Tonang, anak-anak di sini memang sudah tidak sabar menunggu kedatangan kami untuk membagikan buku-buku cerita. Mereka terlihat senang dan antusias.

Tonang Pammajere, yang bernama asli Darsono ini lahir pada 19 Oktober 1971 di desa Mola, Wangi Wangi Selatan. Berdarah asli suku Bajo dan Bugis, pria yang mata pencaharian utamanya bekerja di bengkel mesin laut ini memiliki harapan agar kedua anaknya yang bernama Hegel (7 tahun) dan Geral (3 tahun) menjadi anak-anak yang cerdas dan memiliki nasib lebih baik dari kedua orangtuanya.

Tidak hanya sekedar menjadi pekerja kasar atau nelayan saja, bang Tonang juga sangat peduli terhadap lingkungan. Ia rajin mengumpulkan sampah di laut, karena tak ingin keindahan laut tercemar. Sempat ia diledek oleh teman-temannya karena memungut sampah, disangka tidak ada kerjaan. Namun pada akhirnya pun teman-teman ikut membersihkan pantai dan laut, menjadikannya lebih bersih.

Dengan keinginan yang kuat untuk menumbuhkan minat baca anak-anaknya, maka dibuatlah Taman Bacaan Anak Lebah ini. Sesuai dengan namanya, Pamajere yang berarti pengejar, bang Tonang dengan gigih mengejar cita-citanya, menjadikan anak-anaknya cerdas dan berguna bagi bangsa dan negara.

(Written by Rismadhani “dhani” @sidhancrut  www.tbal.org)

There are no comments published yet.

Leave a Comment

SIGN IN
Ketik username dan password anda